Senin, Maret 09, 2009

MENGAPA HARUS TAKUT DENGAN KEPUTUSAN MK

Banyak caleg perempuan yang pesimis dan ketakutan dengan suara terbanyak. Namun tidak bagi Silvya Oktarina. Dia sangat konsen terhadap kondisi para caleg saat ini. Masing-masing caleg turun ke dapil mengadakan sosialisasi. Namun mereka jelas banting setir melengkapi atribut dan persiapan saksi di TPS. Kondisi ini tidak membuat Oktarina pesimis. Caleg DPRD Provinsi nomor urut 9 daerah pemilihan Jakarta Selatan ini tetap optimis akan mendongkrak perolehan suara.

Bagi Oktarina, posisi caleg perempuan saat ini serba sulit. Satu sisi amanat Undang-Undang Pemilu membuka peluang bagi caleg perempuan untuk maju. Di sisi lain dampak sistem suara terbanyak hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) makin menyulitkan posisi caleg perempuan untuk terpilih.

Konstruksi budaya sosial dan politik dalam konteks Indonesia jelas menutup ruang gerak kaum perempuan. Ditambah lagi putusan Mk makin menyulitkan perempuan memenuhi suara terbanyak . Vici Bachin, demikian Oktarina akrab disapa, tidak termakan dengan pesimisme yang dihembuskan kalangan politisi lainnya.

Sebagai caleg perempuan, dia merasa tidak terkungkung dengan budaya yang mengkondisikan perempuan sulit terpilih.Justru dengan suara terbanyak merangsang alumnus Diploma Akademi Pariwisata Palembang ini berjuang keras di lapangan.

Caleg perempuan jangan merasa takut dengan suara terbanyak. Perlihatkan kapasitas dan integritas dan buktikan bahwa caleg perempuan pun bisa mandiri dan terpilih. Saat ini bukan zamannya membedakan peran gender antar lelaki dan perempuan. Yang berbeda adalah status sosial. Jika caleg perempuan terpilih berarti statusnya sudah terangkat.

“Nggak ada yang perlu ditakuti. Semua caleg punya kesempatan yang sama. Coba saja lihat nanti, saya akan buktikan di dapil Jakarta Selatan,”kata Wakil Sekretaris PKK PDP Jakarta Selatan ini.

Beberapa bulan ini, Silvya bersama suaminya Wempi Ursia sedang gencar-gencarnya turun ke dapil, antara lain, Setia Budi dan Tebet. Mendatangi wilayah, Silvya harus menggunakan sepeda motor, bahkan dia jalan kaki memasuki kolong jembatan menemui warga. Setiap kali menemui warga melalui pertemuan informal, Silvya tetap bersahaja dan berpenampilan sederhana. Bahkan Silvya tidak mau muluk-muluk mengobral janji kepada warga yang dijumpai.

“Kalau mau memilih wakil rakyat yang benar-benar bersih dan peduli, tolong bapak dan ibu jangan mengharapkan apa-apa dari saya. Tapi kalau ingin ada perubahan di Jakarta ini akan saya perjuangkan,” tegas Silvya saat mengunjungi warga di kelurahan Setiabudi beberapa hari lalu sambil menuturkan,

“Ini saya lakukan biar masyarakat pada tau bahwa berjuang untuk rakyat tanpa harus mengiming-iming janji manis. Biar makan jamu yang penting hasilnya bekualitas,”kilahnya perempuan kelahiran Palembang, 20 Oktober 1968 ini.

Silvya menjadi caleg bukan karena ingin memperkaya diri. Berangkat dari kondisi rakyat yang memrihatinkan, Silvya berjanji akan tetap berjuang di perwakilan rakyat tanpa harus banyak berjanji dan beretorika. Namun tetap konsisten dan menjalankan amanah rakyat di legislatif. (ga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar